Saturday, April 4, 2015

Profil dan Biografi Hellen Keller - Menemukan Terang di Dalam Kegelapan

Helen Keller – Menemukan Terang di Dalam Kegelapan

Seorang aktivis sosial Amerika terkenal, Helen Keller, mengatasi cacat jasmaninya dengan tekad baja yang luar biasa. Bukan saja ia berhasil menyelesaikan studi universitasnya namun juga karena fasihnya dalam berbahas asing sampa menguasai lima bahasa serta menulis 14 karya klasik. Ia telah menciptakan mukjizat dalam sejarah umat manusia.

Biografi Helen Keller

Helen Keller lahir dengan nama lengkap Helen Adams Keller, dilahirkan di Tuscumbia, Alabama, 27 Juni 1880. Helen Keller dilahirkan sebagai anak perempuan yang sehat dan aktif. Namun demam tinggi saat usianya satu tahun membuatnya kehilangan penglihatan dan pendengarannya. Semenjak itu ia jatuh kedalam dunia kegelapan dan kesunyian. Demikianlah, ia telah kehilangan kemampuan berbicaranya dan tak dapat mengekspresikan perasaannya.

Keller (sebutan Helen Keller) terus berusaha untuk berbicara, namun tak seorang pun dapat memahaminya termasuk orang tuanya sendiri. Hal ini membuat nya sering mengamuk dengan membuang semua benda-benda yang ada di sekitarnya.

Orang tuanya terutama sang ibu sangat sedih melihat penderitaan puteri mereka. Kepedihan dan penderitaan Keller benar-benar tak terucapkan. Sekeras apapun ia berusaha, ia tak dapat membebaskan dirinya dari dunianya yang gelap.

Ketika berusia tujuh tahun, orang tuanya merekrut seorang guru yang dapat membimbingnya yang bernama Anne Sullivan.  Pembimbingnya ini pernah mengalami hal yang serupa dengan Helen Keller saat ia berusia 14 tahun. Lalu Anne bersekolah di sekolah khusus orang cacat. Anne yang awalnya buta mendapatkan penglihatannya kembali setelah menjalani operasi. Pengalaman itu memicunya untuk giat belajar dan menjadi guru yang sangat baik. Ia bisa memahami penderitaan Keller.

Sullivan mulai mengoreksi kebiasaan buruk Keller. Setiap kali Keller mengamuk, Sullivan hanya mendiam kannya saja sampai Keller tenang. Sullivan memberi Keller sebuah boneka dan mengejakan kata b-o-n-e-k-a ditangan Keller. Keller terpesona dan ganti mengejanya di telapak tangan Sullivan.  Itulah awal proses belajar Keller. Mulai saat itu Sullivan selalu mengejakan nama-nama benda di telapak tangan Keller.
Helen Keller sangat senang sekali. Ia cepat sekali menangkap apa yang diajarkan Sullivan padanya. Sullivan kemudian mengajari Keller huruf braile (huruf untuk orang tuna netra). Keller mulai membaca buku seperti Snow White and the seven Dwarf dan Little Ugly Duckling dengan sistem braile. Secara bertahap Hellen mulai mengenal dunia luar.


Helen Keller kemudian bersekolah di sekolah luar biasa. Disana ia belajar menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Dengan jarinya ia mempelajari berbagai topik seperti matematika, Geografi, Sejarah, Biologi dan juga belajar bahasa asing. Keller sering menghabiskan waktunya belajar di perpustakaan sekolah untuk lebih mengasah pengetahuannya.

Helen Keller memiliki satu lagi keinginan yang belum terwujud yaitu ia ingin bisa bicara. Helen tidak bisu hanya saja karena sejak kecil ia sudah tak bisa mendengar dan melihat maka ia juga tak bisa menirukan suara orang.

Keller kemudian menyampaikan keinginannya tersebut pada Sullivan. Ini tugas berat bagi Sullivan namun ia percaya Helen bisa mencapainya.

Sullivan kemudian membawa Helen Keller menjumpai seorang wanita yang ahli melatih siswa bisu tuli untuk bicara. Wanita itu kemudian memegang tangan Helen dan meletakkannya pada rahang dan tenggorokannya dan mulai mengeluarkan suara. Proses belajarnya sangat lamban dan sulit. Ia ingin Keller menirunya dengan menggunakan tangannya untuk menyesuaikan gigi serta lidahnya secara benar agar dapat menghasilkan suara yang tepat.

Keller berusaha sangat keras untuk menghasilakan suara yang tepat.Sering ia sampai berkeringat hanya berupaya menghasilkan suara yang tepat walau untuk kata yang sederhana sekalipun.

Helen Keller dan Sullivan

Dirumah Keller meminta Sullivan berlatih bersamanya. Setelah melalui proses yang sulit dan panjang akhirnya Helen bisa berbicara juga. Keller kemudian belajar bahasa Perancis, Jerman , Latin dan bahasa asing lainnya.

Helen kemudian mengungkapkan keinginannya untuk belajar di universitas. Keller kemudian diterima di universitas yang diinginkannya. Selama masa kuliah Sullivan menemaninya duduk disampingnya guna menuliskan mata kuliahnya ditelapak tangan Keller. Sepulang kuliah, Keller menghabiskan waktunya untuk mengetik pelajaran yang didapatnya di kuliahan tadi dengan mesin ketik braile.

Karena kegigihannya Keller akhirnya berhasil lulus universitas dan merupakan lulusan bisu-tuli pertama di dunia. Semua orang berdecak kagum atas prestasinya. Keller merasa sangat berterima kasih pada gurunya, Sullivan. Ia berjanji akan mengikuti jejak sang guru untuk mendidik orang yang buta tuli seperti dirinya.
Keller kemudian mulai berpidato dan beramal bagi mereka yang buta tuli. Keller menularkan semangat juangnya selama ini pada orang yang senasib dengannya. Ia berkeliling dunia guna misinya mendidik orang tuli dan buta.

Helen Keller meninggal pada tanggal 1 Juni 1968 di Easton, Connecticut. Semua orang yang pernah membaca kisahnya sangat terinspirasi oleh kehidupannya. Kisahnya dan karya-karyanya selalu menjadi inspirasi bagi umat manusia dalam mengatasi segala hambatan. Kehidupan akan sangat berarti kalau saja semua orang bisa secara singkat mengalami seperti apa rasanya buta-tuli itu. Kegelapan akan membuatnya lebih mencintai kehidupan dan kesepian akan membuatnya lebih mensyukuri suara dan pemandangan di sekelilingnya.

    Helen Keller yang lahir pada tanggal 27 Juni 1880 sejak kecil dikenal sebagai anak yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Selain itu ia juga dikenal sebagai anak yang lincah. Namun pada usia 19 bulan, ia terserang penyakit yang serius dan mengakibatkan kedua matanya buta, dan pendengarannya tidak berfungsi dengan baik/tuli. Keluarga Keller shock berat mendengar kabar buruk tersebut. Ditengah keputusasaan, keluarga Keller mengirim Helen kepada Alexander Graham Bell. Namun, Bell tidak bisa menanganinya dan menyarankan untuk mengirim Helen kepada Institusi Perkins yang dipimpin Michael Anagnos. Michael Anagnos lalu mengirim Anne Sullivan

                       Di saat pandangan pertama Anne kepada Helen, terpancar di wajah Helen bahwa ia adalah anak yang cerdas. Namun, banyak sekali masalah yang dihadapi Anne sepanjang menangani Helen. Pada awalnya, Helen sangat susah untuk diatur. Ia sangat liar dan tidak patuh kepada orang lain. Akhirnya, Anne memutuskan membawa Helen untuk tinggal sementara di rumah kecil yang berjarak 500 meter dari rumah Helen. Di sana, Helen diajari etika makan dan patuh pada orang tua.

                       Helen kembali dilatih oleh Anne tentang bahasa isyarat dan huruf Braille. Helen dimasukkan oleh Anne Sullivan dan keluarga Keller ke Sekolah Boston. Disana ia terus menimba ilmu dengan semangat. Dengan semangat menggebu-gebu, ia berusaha masuk Universitas Harvard. Akhirnya ia berhasil bersekolah di Universitas Harvard khusus putri cabang Universitas Radcliffe College. Namun datanglah berita duka atsa meninggalnya ayah Helen. Pada masa kuliah, Helen menulis buku berjudul "Kehidupan Saya" atas undangan sebuah majalah. Keinginannya untuk dapat membantu orang buta dan tuli di seluruh dunia dapat terwujud dengan cepat. Banyak sekali sumbangan yang ditujukan kepada orang buta dan tuli di seluruh dunia melalui Helen. Pada tahun 1904, Helen berhasil lulus perguruan tinggi dengan predikat Magna Cum Laude. Ia adalah orang tuna netra dan tuna rungu pertama yang berhasil lulus perguruan tinggi.

                        Setelah lulus, Helen memulai tur keliling dunia untuk membantu orang buta dan tuli lainnya. Namun, kembali datang berita duka atas meninggalnya ibunda Helen. Helen yang sangat terpukul atas kematian ibunya diberi semangat oleh Anne Sullivan. Pada Bulan Oktober 1936, Anne Sullivan yang telah menjadi guru terbaik Helen, meninggal dunia dalam usia 70 tahun.

                         1 Juni 1968, wanita agung yang seluruh hidupnya berada dalam kesunyian dan kegelapan namun gigih memperjuangkan sesama, meninggal dalam damai. Kala itu ia berusia 87 tahun

"Publik harus belajar bahwa orang buta bukanlah seorang jenius atau aneh atau idiot. Dia memiliki pikiran yang dapat diedukasi, tangan yang dapat dilatih, ambisi-ambisi yang adalah benar baginya untuk bekerja keras mewujudkannya dan adalah tugas publik untuk menolongnya menjadikan dirinya yang terbaik bagi dirinya jadi ia dapat memenangkan cahaya melalui bekerja"

No comments:

Post a Comment